Membangkitkan Harapan Muslim Inuvik

754

http://buletinonline.net/http://buletinonline.net/v7/wp-content/uploads/2010/09/BH_IMAGES_SHPIX.jpgPondok kayu yang mungil itu sebentar lagi akan berubah wujud. Hussein Saud Qasti kelak menyulapnya menjadi sebuah masjid yang layak bagi Muslim di Inuvik. Sebuah kota kecil di Kanada yang berjarak 200 km dari Kutub Utara. Karena tak ada masjid yang lebih layak, pondok itu selama ini digunakan Muslim di sana untuk menunaikan shalat.

Saat berkunjung ke Inuvik. Qasti, seorang jurnalis asal Arab Saudi, yang juga menjalankan lembaga amal, tergerak mendirikan sebuah tempat ibadah yang lebik baik. Terdapat 75-80 Muslim da/i total populasi 3.700 orang. Mereka tak memiliki tempat, kecuali pondok kayu bergerak yang hanya mampu menampung setengah dari mereka.

(Gambar kanan – tiba di Inuvik …….SETELAH melalui perjalanan darat dan sungai sejauh 4,000 kilometer, bangunan masjid ini yang kelihatan berada di atas sebuah baj, akhirnya tiba di Artik, kelmarin. Masjid itu adalah untuk memenuhi keperluan masyarakat Islam di bandar Inuvik, yang terletak di wilayah Northwest Territories, di bawah pemerintahan Canada. Bilangan penduduk Islam di bandar yang didiami 4,000 orang itu telah mencapai sekitar 80 orang. Kos membina masjid di Artik bagaimanapun terlalu mahal. Lantas, bangunan itu dibina di sebuah bandar di selatan Canada, Manitoba, dengan separuh harga. — AFP.)

Dengan mempertimbangkan letaknya, kelak pada masjid itu disematkan nama The Mosque at the End of the World. “Saya menyukai nama tersebut. Ini mencerminkan letak geografis dari masjid itu,” kata Qasti seperti dikutip Al Arabiya, Rabu (15/9). Di sisi lain, tak mudah memang membangun masjid di Inuvik.

Berdasarkan hitung-hitungan Qasti, dana minimum yang harus disediakan untuk pembangunan masjid itu bisa mencapai 750 ribu dolar AS. Juga perlu tim ahli. Namun, ia bersama istrinya segera bergerak mengumpulkan donasi. Dana yang terkumpul berasal dari Muslim yang ada di sejumlah kota di Kanada.

Termasuk seorang insinyur asal Irak yang sudah lama tinggal di Inuvik, Ahmed al-Khalaf. Seorang Muslimah bahkan mendermakan uangnya sebesar 190 ribu dolar AS. Tak hanya dana, lokasinya yang begitu terpencil menjadi kendala tersendiri. Hal itu membuat harga barang menjadisangat mahal dan membutuhkan waktu yang lama untuk mengirimkan barang ke tujuan.

Menurut Qasti, pengapalan barang-barang ditempuh dengan jarak sepanjang 4.300 km dan memakan waktu lama. Maka, langkah yang bisa ditempuh adalah menyusun rancangannya di Winnipeg. Ibu Kota Manitoba, kemudian dikirim ke Inuvik dengan menggunakan kapal.

Khalaf mengungkapkan, alternatif tersebut telah dilakukan sejak April lalu. Di Winnipeg, dibuat rangka bangunan masjid dengan luas 457 meter persegi, menara, kursi, dan pintu masjid. Demikian pula dengan tempat khutbah yang diangkut dengan sebuah truk. Kendaraan itu melewati Kota Edmonton di Provinsi Alberta.

Perjalanan ini menempuh jarak 2.900 km hingga mencapai wilayah High River di tepi Great Slave Lake. Dari sini, rakitan bangunan masjid itu dikapalkan ke Inuvik pada dua pekan lalu dan diperkirakan selama 45 hari mencapai ke tempat tujuan. Menurut Khalaf, pengiriman itu membutuhkan dana sebesar 49 ribu dolar AS.

“Masih ada hal yang perlu dikerjakan setelah rangka bangunan masjid sampai di Inuvik dan dana tambahan sebanyak 49 ribu dolar AS,” jelas Khalaf. Sebab, masyarakat Muslim di Inuvik perlu mendirikan masjid itu setelah menyatukan semua rakitan yang ada, menegakkan menara masjid, melengkapinya dengan karpet, dan sentuhan terakhir lainnya.

Terlepas dari tantangan berat saat proses pendirian, kata Khalaf, keberadaan masjid itu melahirkan harapan bagi Muslim di Inuvik yang selama ini bahkan tak memiliki tempat pemakaman sendiri. “Saat ada Muslim yang meninggal, jasadnya diterbangkan ke Edmonton untuk dimakamkam di pemakaman Muslim,” ujarnya.-Bataviase